Hmmm...."datar" ujarnya.....
"butuh pemanis"...tambahnya semakin bergusar.
"butuh pemanis"...tambahnya semakin bergusar.
Ya.OKe..pada dasarnya aku memang tak bermaksud menuduhnya menyudutkanku. Tak bermaksud pula mengacuhkan segala "kode" dan tanda-tanda non verbal. Ah..pria kan tak pandai berbahasa Semniotik. Sebuah disiplin ilmu Bahasa yang menggunakan kode non verbal yang tidak dilontarkan dengan terus terang. Sungguh suatu hal yang tak mudah ditebak.Iibaratnya, salah tebak. Ciloko iki...masih mending ngomel-ngomel. Kadang dienengke....: D
Namun itu juga bukan suatu alasan juga untuk menghindarinya. Bukan alasan pula menyalahkan jarak. Ya.....iya. kami menjalani cinta jarak jauh. kata anak-anak muda jaman sekarang dinamakan LDR. Kami Jamaah LDRiyah....
"Jamaaaah....oohh...Jamaaah........alhamduu..lilllah.."
Ya.Alhamdulillah. bersyukur memang. kita bersyukur telah melewati waktu yang cukup lama. Lama disiksa rindu. Disaat pasangan lain gemar memadu kasih, kita gemar memadu Doa. Disaat pasangan yang lain tengah menghabiskan waktu bersama, kita menghabiskan pulsa. Menjalani sebuah hubungan yang beresiko. kenapa beresiko? ya. pasangan kita tak mudah untuk diawasi. "jangan..jangaaan"....Ah. Dia tidak seperti itu. aku yakin itu. Sangat yakin.
kami berjarak sekitar 560 km. jarak yang cukup jauh untuk seorang pejalan kaki. butuh waktu 6 hari 1 malam untuk menyudahinya. ya...setidaknya kita masih satu pulau. masih terhubung dengan jalan darat yang kaya akan sarana transportasi. kita beda propinsi. beda bahasa lokal. Namun tak dipisahkan laut dan samudra. ah tak mungkin pula jika menyebrangi pulau...
nyebrang pulo.. |
Aku mengunjunginya 2 kali sebulan. itu rencanaku beserta segala harapanku. kenyataannya sebulan pun terkadang absen. Bahkan terkadang menunggu hampir 3bulan untuk berjumpa. itu masih mending. malah sempat tak bertemu 5 bulan. sebulan lagi, itu sama kayak emak-emak mau ngambil raport. enam bulan sekali. bayangkan! satu semester. Miris memang...tapi kami jalani. Jarak jakarta berkisar 6-7 jam. Itu estimasi jika keadaan jalanan lancar. menggunakan bus, aku pernah hampir 13 jam. ya setengah harian di dalam bus. tanpa selonjor. menahan segala sistem ekresi beserta segala ampasnya. akhirnya kuputuskan untuk selalu menggunakan kereta api. bersyukur kereta api menawarkan kenyamanan. tidak seperti jaman awal kuliahku yang selalu berdesakan. yang selalu Rajin beli koran.ya beli koran, hanya untuk formalitas. padahal niatan sucinya ya sekedar "ngelemprak". semacam nggembel tapi intelek. iyalah, wong statusnya masih mahasiswa kok.
Gembel intelek. |
gembel in TELEK |
semenjak awal kuliah, memang dari awal aku selalu konsisten dengan salah satu angkutan umum ini. ya walaupun nggembelnya ga ketulungan. ya iyalah. kita juga harus mempersiapkan waktu dan tenaga. kita mengunakan tiket. artinya jangan sampai jam dan tanggal keberangkatan kita saja tak tahu. misalkan saja keberangkatan jam 16.30. ya kita harus mengalah untuk datang duluan setidaknya 1-2 jam sebelum keberangkatan. yang artinya, menambah kegembelan kita di stasiun..
gembel stasiun. sing didelok gelelengen, sing ndelok geleng-geleng. |
ngenteni sepur karo ngenteni nyawa suwe sepure... |
"mijone bu...pak....mijone...."
"tahu asin,.....tahu asin...tahune pak..bu..."
"cang godogan...cang godogan...."
"kuaci..kuaci...tahu aci...lontong gorengane bu..."..
dalemannya kereta. abad ke 12 Sebelum masehi |
keadaan mental dan gangguan jiwa ringan. |
kereta sekarang. udah rapi. tinggal bayarnya yang mahalan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar